.

Selamat Datang di Blog Education_Life jangan lupa berikan comment dan komentar anda.

Senin, 26 September 2011

Pengaruh Lingkungan Pada Evolusi Manusia

Minggu, 25 September 2011 - Telah lama diketahui dari catatan fosil kalau bencana seluas dunia pasti terjadi sekitar 65 juta tahun lalu, menyebabkan kepunahan dinosaurus dan banyak spesies hidup lainnya. Tahun 1978, dua fisikawan Amerika, Luis Alvarez dan anaknya Walter, menemukan bukti yang membawa mereka mengatakan kalau jatuhnya sebuah asteroid besar adalah fenomena yang bertanggung jawab atas bencana tersebut. Hipotesis ini telah lama dikonfirmasi, dan lokasi tumbukan asteroid tersebut telah ditemukan yaitu Chicxulub di Semenanjung Yucatan, di Meksiko.
Peristiwa ini sering disebut sebagai bukti pengaruh jangka panjang peristiwa kebetulan yang dapat mempengaruhi evolusi biologis. Tanpa sebuah pukulan dari luar angkasa, dinosaurus mungkin masih akan memenuhi Bumi ini, mamalia masih akan berupa mahluk kecil yang tak diperhitungkan keberadaannya dalam bayangan para reptil raksasa, dan kita tidak akan ada disini untuk mengetahui fakta ini.
Contoh lain yang sering dikutip adalah pembentukan Lembah Retakan Besar, sekitar enam hingga tujuh juta tahun lalu, yang membelah sebagian Afrika Timur. Menurut teori yang diajukan paleoantropologis Perancis, Yves Coppens, yang menemukannya bersama ilmuan Amerika Donald Johanson, yang menemukan kerangka terkenal Lucy, peristiwa ini membawa pada peran besar kemunculan spesies manusia, dengan memotong kera besar dari hutan dan memaksa mereka beradaptasi dengan sabana, dimana bipedalisme menjadi syarat bertahan hidup dan tangan bebas untuk mengembangkan keahlian baru. Bila kerak Bumi saat itu tidak retak, leluhur kita mungkin masih hidup di pepohonan.
Itu hanya dua dari peristiwa paling terkenal yang tidak diragukan lagi mempengaruhi beberapa langkah sejarah evolusi kita lewat kondisi-kondisi lingkungan yang kebetulan, memberikan bukti nyata, di antara banyak para evolusionis terdepan, mengenai ketidakpastian evolusi, secara umum, dan kepastian evolusi manusia di masa depan. Evolusi berjalan pada dua arah, dan arah ini dipengaruhi oleh lingkungan yang tak teramalkan.
Sumber
De Duve, C. 2002. Life evolving: Molecules, Mind, and Meaning. Oxford University Press.
Read More......

Stimulasi Listrik pada Otak Melahirkan Sel-sel Baru dan Meningkatkan Memori

Senin, 26 September 2011 - "Temuan baru ini memiliki implikasi klinis yang penting karena menginformasikan perawatan potensial bagi manusia yang mengalami gangguan memori."
Menstimulasi area otak tertentu bisa menyebabkan produksi sel-sel otak baru yang meningkatkan memori, demikian menurut sebuah studi hewan dalam Journal of Neuroscience edisi 21 September. Temuan ini menunjukkan bagaimana stimulasi otak bagian dalam (DBS – deep brain stimulation) – sebuah intervensi klinis yang menghantarkan pulsa listrik yang ditargetkan pada beberapa area otak – bisa berhasil meningkatkan kognisi.
“DBS telah cukup efektif untuk pengobatan gangguan gerak, seperti penyakit Parkinson, dan baru-baru ini dieksplorasi untuk pengobatan berbagai kondisi neurologis dan kejiwaan,” kata Paul Frankland, PhD, dari The Hospital for Sick Children (SickKids) , penulis senior studi tersebut. “Temuan baru ini memiliki implikasi klinis yang penting karena menginformasikan perawatan potensial bagi manusia yang mengalami gangguan memori.”
Sepanjang hidup, sel-sel baru lahir di beberapa bagian hippocampus, pusat pembelajaran dan memori di otak. Dalam studi terbaru, Frankland bersama para koleganya menemukan bahwa stimulasi listrik selama satu jam ke korteks entorhinal – sebuah wilayah yang secara langsung berkomunikasi dengan hippocampus – pada tikus dewasa menyebabkan peningkatan sel-sel baru dalam hippocampus sebanyak dua kali lipat. Meskipun ledakan sel-sel baru ini hanya berlangsung sekitar satu minggu, sel-sel yang dihasilkan tersebut berkembang secara normal dan membuat koneksi dengan sel-sel otak lain di dekatnya.
Tikus yang menerima DBS di wilayah otak yang disebut korteks entorhinal menunjukkan peningkatan kemampuan untuk belajar bagaimana menavigasi ke target yang ditunjuk. Gambar ini menunjukkan tikus DBS (S) yang menghabiskan sejumlah besar waktu (ditunjukkan dengan warna merah) berenang di dekat pendaratan terendam (lingkaran titik-titik) dibandingkan dengan tikus tidak distimulasi (NS). (Kredit: Journal of Neuroscience 2011)
Enam minggu kemudian, para peneliti mengevaluasi apakah sel-sel baru ini menghasilkan perubahan dalam memori. Para penulis menguji seberapa baik hewan belajar menavigasi ke daratan yang terendam dalam sebuah kolam kecil. Dibandingkan dengan tikus yang tidak menerima terapi, tikus DBS menghabiskan lebih banyak waktu berenang di dekat pendaratan, menunjukkan bahwa stimulasi korteks entorhinal meningkatkan pembelajaran spasial.
“Untuk saat ini, dasar neurobiologis bagi efek klinis dari DBS belum dipahami dengan baik,” kata Daniel A. Peterson, PhD, dari Kedokteran dan Sains Universitas Rosalind Franklin, seorang ahli dalam sel induk dan perbaikan otak yang tidak terafiliasi dengan penelitian. “Studi ini menunjukkan bahwa stimulasi sirkuit otak tertentu dapat menghasilkan pengembangan sel baru otak fungsional di beberapa area otak tertentu.”
Dalam sebuah studi terkait sebelumnya, para peneliti yang dipimpin Andres Lozano, MD, PhD, dari Toronto Western Hospital, baru-baru ini mempublikasikan Tahap I uji klinis yang menunjukkan bahwa DBS pada forniks, suatu wilayah otak yang juga berkomunikasi langsung dengan hippocampus, memperlambat penurunan kognitif pada beberapa orang penderita demensia dan gangguan kognitif lainnya. “Efek pro-kognitif stimulasi otak bagian dalam pada pasien manusia bisa mengakibatkan produksi neuron baru,” kata Frankland.
Penelitian ini didukung oleh Institut Penelitian Kesehatan Kanada.
Kredit: Society for Neuroscience
Jurnal: S. S. D. Stone, C. M. Teixeira, L. M. DeVito, K. Zaslavsky, S. A. Josselyn, A. M.
Lozano, P. W. Frankland. Stimulation of Entorhinal Cortex Promotes Adult Neurogenesis
and Facilitates Spatial Memory. Journal of Neuroscience, 2011; 31 (38): 13469 DOI:
10.1523/JNEUROSCI.3100-11.2011
Read More......