.

Selamat Datang di Blog Education_Life jangan lupa berikan comment dan komentar anda.

Selasa, 22 Juni 2010

Perjuangan Made Sudi si Penjual Canang


Nasib baik tidak berpihak pada Ni Made Sudi. Ia seorang pedagang canang yang saya temui di perempatan jalan Noja, Denpasar timur pekan lalu. Hari itu dia sedang berjualan canang.
Ia memiliki seorang suami dan dua orang putra. Sambil melihat beberapa kendaraan yang melintas di jalan raya, saya mulai mendekati Made dan menanyakan beberapa hal ringan.
Ia berasal dari Abiansemal, Kabupaten Badung dan tinggal di Noja. Saat saya bertemu dengan Made, ia didampingi putra sulungnya yang bernama Wayan. Wayan selalu membantu ibunya berjualan, karena ia juga tidak memiliki pekerjaan.
Suami Made juga tidak bekerja. Dia tidak bisa mengendarai sepeda motor ataupun sepeda gayung. Jadi, susah bagi suami Made untuk mencari pekerjaan lain, selain menjadi tukang bangunan di dekat rumahnya.
Sebelum bekerja menjadi pedagang canang, Made pernah bekerja di sebuah proyek menjadi seorang tukang bangunan. Selain itu, Made juga pernah bekerja menjadi pembantu rumah tangga. Semua pekerjaan itu ia lakukan dengan penuh suka cita karena tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia lakukan lagi.
Dengan harapan tersisa, ia mencoba untuk bertahan dan berusaha menghidupi keluarganya meskipun dengan keadaan serba kekurangan. Dia memulai pekerjaannya menjadi seorang pedagang canang dengan modal Rp 100.000. Uang bantuan itu diberikan oleh kepala desa kepada warga yang kurang mampu di lingkungannya.
Hingga, akhirnya, Made mampu membuka sebuah kios kecil di perempatan jalan.
Ia memulai pekerjaannya tiap hari mulai pukul tiga pagi. Made memasak nasi dan lauk pauk seadanya untuk keluarganya. Setelah pekerjaan dapur selesai, ia beranjak mengerjakan pekerjaan rumah seperti membersihkan halaman di rumahnya.
Pukul tujuh pagi ia bersama putra sulungnya membuka kios kecil. Sambil menunggu pelanggan setia yang akan membeli canang, ia duduk-duduk sambil ngobrol bersama putranya. Sore hari ia ke Pasar Badung bersama putranya untuk membeli berbagai perlengkapan untuk membuat canang.
Cerita itu membuat saya tertegun dan larut di dalamnya. Ternyata, seperti itulah kehidupan sehari-hari seorang pedagang canang yang bernama Made.
Dengan pendapatan Rp 30.000 setiap hari, ia selalu cukupkan untuk kebutuhan hidupnya.
“Apa ibu tak pernah bosan bekerja seperti ini selama sembilan tahun?” tanya saya.
“Jika saya bosan dan berhenti dari pekerjaan ini, saya akan makan apa?” jawabnya sambil memperlihatkan wajah sedih. Ia berharap suatu saat pemerintah dapat membantu pedagang kaki lima seperti Made. Ia juga berharap mendapat pekerjaan yang lebih baik dari pada sekarang.
Itulah obrolan saya bersama seorang pedagang canang yang selalu mensyukuri semua yang telah didapatnya.(by Mei Rismawati)

0 komentar:

Posting Komentar